“Pramuka itu seperti semut, lho!”
“Apa? Anak Pramuka disama-samain kaya semut? Yang berukuran mini, badannya
item, kecil tak terpandang mata minus, terus yang rasanya gak enak itu?!”
Well, pembaca boleh pro, boleh kontra sama yang nanya (siapa
tah yang nanya?!) tapi jika ditilik dari pengibaratan, Pramuka itu seperti
semut. Bukan dari sudut pandang macam pertanyaan diatas, tapi dari sudut
pandang lain.
Sering ‘kan kita melihat para semut itu berjalan di dinding
rumah dengan barisan rapih nan teratur? Mereka segan sekali untuk mendahului
rekan yang ada didepannya. Padahal jika mereka mau, waktu yang dibutuhkan untuk
mencapai tujuan bisa ditempuh dalam waktu singkat.
Seperti itulah cerminan anak Pramuka. Mereka mempunyai
kehidupan yang serba teratur dan terencana, serta memiliki solidaritas yang
tinggi.
“Egois banget sih ah, masa gue mau main ninggalin temen-temen
gue? Ya harus solid dong. Sekalian memperluas koneksi dan membangun relasi
dengan teman-teman yang lain.”
“Hmm, terus kenapa kita jalannya selalu berbaris? Soalnya
kalo jalan sendirian sepi banget, gak rame cuy!” begitu ujar si semut saat
diwawancarai.
“Lalu, kenapa barisannya berbentuk vertikal, Mut?”
“Sebab, kalo horizontal kita bakalan awut-awutan, Mbak! Semua
semut berjalan sesuai kehendak masing-masing, ada yang cepet, ada yang nyantai.
Jadinya nggak akan bisa lurus! Itulah mengapa kita berjalan vertikal.
Semut punya pemimpin barisan yang bertanggung jawab menuntun
pasukannya. Jika pemimpin belok kanan, semua semut akan mengikuti. Begitulah
cara kami mempertahankan kerapihan, kesolidaritasan, dan berani memberikan
kepercayaan.” Jawab si semut sembari
memakan gula yang telah disiapkan oleh tim wawancara.
Nah, berdasarkan hasil wawancara minggu lalu, si semut pun mengakui
bahwa ia senang sekali pilih-pilih makanan. Manja banget. Mereka hanya mau
memakan makanan yang mengandung gula.
Ketika ditanya mengapa, beginilah jawabannya :
“Gula itu enak, manis, mengandung karbohidrat untuk sumber
energi kami.
Sebenarnya, dulu kami sempat ditawari makan garam, tapi
rasanya gak enak. Sempat pula ditawari rendang, bakso, dan fried chicken. Tapi
kami ogah, karena kebesaran. Jadi kami hanya memakan makanan yang manis. Itu
prinsip kami! Prinsi kami!!” si semut menjawab sembari mengacung-acungkan
tangannya—maksudnya sih, minta tambahan gula.
However, anak-anak Pramuka pun begitu.
Mereka memiliki prinsip yang sama dengan para semut. Mereka
hanya mau ‘memakan makanan yang manis’. Pokoknya mah, hanya mau memberi sarapan
otak mereka dengan nasehat dan kritikan yang membangun, kemudian membuang yang
merugikannya.
Mereka sering makan siang dengan kegiatan-kegiatan yang
positif saja. Dan makan malam dengan ayam goreng. Ehh….
Last, kesimpulan dari pertanyaan terakhir kami dengan si semut.
Para semut mempunyai kebiasaan saling bertegur sapa dengan
rekan semut lain yang datang dari arah berlawanan.
Hal ini tidak jauh berbeda dengan anak-anak Pramuka. Mereka
akan bersorak sorai gembira ketika acara pesta siaga, jambore, maupun raimuna
akan digelar. Dan saat bertemu teman-teman yang lain di sana, mereka tidak akan
membeda-bedakan dari mana mereka datang, yang penting hayu bertegur sapa! Terus
kenalan deh…
Begitu pun saat bertemu dengan Bapak atau Ibu guru mereka,
teman-temannya, para pembinanya, maupun dengan masyarakat umum, mereka selalu
bertegur sapa sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (?!).
Maksudnya sih, enggak SKSD, alisa sok kenal sok dekat.
Tapi kabarnya ya sodara-sodari, SKSD pun bisa membawa berkah..!!
(Nah, loh jadi gimana? Silahkan baca kitab cara ber-SKSD yang baik dan benar!
Yeah!!)
Sekian. J
- Adelia Wardani (07032)
*) Has Posted on BacotBawet | Juni 2013