Mari bernostalgia ramai-ramai. Yay!
So this is my story… Enjoy!
Minggu ke-3 di bulan Juni adalah minggu yang paling
melelahkan, menyedihkan, mengaharukan, mengecewakan, menggembirakan,
menyenangkan, dan me… Meriah pokoknya. Semua rasa ada. Karena disetiap hari
yang ada di minggu itu, mulai dari hari Senin sampai ke Senin lagi, tak dinyana
tak disangka, hal-hal yang terjadi bak ombak tiada henti. Capek? Jelas, tapi sebanding
sama serunya.
Beberapa ekor peristiwa telah terjadi di minggu tersebut yang dengan
sukses membuat hati gundah gulana, semua perasaan melayang entah kemana,
kegalauan terjadi di puncaknya, dan sebuah kegiatan Jambore akan dilaksanakan, yang ber-ending dengan sakit di kamar. Really, the best experience.. Hihihi
Jambore…!! Ya, jambore, sebuah kegiatan Pramuka yang sangat
dinanti-nanti kehadirannya oleh penulis. Kegiatan yang mengasyikan, banyak
memberi pelajaran melalui kegiatannya. Ajang pencarian teman bahkan kecengan
bagi sebagian orang. Memunculkan semarak kebahagiaan, bahkan hampir semua hal muncul hingga tak dapat terlupakan.
Mie ayam under moon in the dark night, Indomie rasa parafin,
insiden di dalam tenda, beautiful sky in the night, i am a spidergirl, dan
banyak hal lain adalah contoh kejadian yang telah bersarang dengan baik dalam
ingatan. Pengalaman yang bukan sekedar pengalaman, isn’t it? J
Dari beberapa Jambore yang pernah diikuti, Jambore kali ini
memiliki kesan tersendiri. Jambore Cabang Kota Bandung yang diselenggarakan
15-18 Juni 2012 untuk pertama kalinya diikuti penulis. Karena sebelumnya hanya
jambore ranting yang diikuti. Bedanya? Cakupannya lebih luas, kegiatannya lebih
banyak, dan waktunya pun lebih lama. Jadi bisa bikin ortu tambah kangen dengan
minggat dari rumah, hehe.
H-5, semua persiapan sudah terbayang, karena sebelumnya sudah
berbincang-bincang bersama dengan Kak Win, Kak Irfan, Kak Nur, dan kakak-kakak
yang lain. Hanya lokasinya saja yang masih belum terbayang seperti apa. Yang
pasti, masih di awang-awang tak karuan di pikiran. Maklum, belum pernah ke
Kiarapayung soalnya, itu loh di Jatinangor daerah Subang. Tahu kan?
H-4, semua masih aman terkendali. Kami berangakat dengan
gudep kami 07032. Namun, Selasa H-3, apa yang terjadi? Sore hari sepulangnya
dari Jl. Anggrek, handphone bergetar, lampunya berdisko. Beberapa sms masuk,
dibuka, dibaca, diamati, ditutup, ngelamun. Terlintas dalam benak penulis, “Apa
yang akan terjadi besok?” ahahai… memangnya ada apa? Nah, kebetulan penulis lupa.
Pura-pura lupa deng hehe (bagian ini mari kita skip. Ini mah jawaban atas
pertanyaan pada paragraf selanjutnya).
Rabu, 13 Juni 2012. Hari ini rencananya akan ke Jl. Anggrek
untuk menepati janji pada seorang kakak. Namun sebelum itu, kami akan
mempersiapkan semua keperluan untuk kegiatan jambore lusa bersama dengan
adik-adik Pramuka yang lainnya di pangkalan Gudep 11022. Ya, karena pada
endingnya kami berangkat dari Gudep 11022. Kenapa? Kenapa? (Bagian ini mari
kita skip).
Persiapan digelar, mulai dari pertanyaan penting sampai
pertanyaan yang gak penting dilontarkan kepada kami (baca : Maila & Adelia
07032) saat di sanggar.
“Teh, disana kita nanti ngapain aja?”
“Nyabutin rumput mungkin.”
“Teh, disana ada kamar mandi enggak?”
“Ya pasti ada. Eh, WC jadi-jadian mungkin ada. ”
“Kira-kira ada cowok ganteng gak disana?”
“Astagfirullah..”
“Seriusan teh..”
“Duka atuh… nanti deh teteh liat list nya dulu ya ada atau
enggak.”
“Disana kita makan apa teh? Kan tadi bilangnya kita gak perlu
bawa kompor.”
“Gampang, tinggal ngambil. Mau apa? Rumput, ranting pohon, tanah,
atau beling?! Semua ada.”
Begitulah, semua pertanyaan dapat kami jawab dengan inteligensi
yang sangat baik.
“Teh, nanti kita tidur dimana? Kan tendanya cuma satu. Kalo
kita tidur di tenda kasian tas kita teh, masa mau dijadiin satpam diluar
tenda?”
Nah, untuk pertanyaan yang satu ini kami copy dan kami
paste-kan kepada Pembina kami untuk ditanyakan. Solusinya? Aman. Kami dapat
tambahan 1 tenda lagi.
2 tenda? Cukup. Satu untuk harta karun kami, dan satu lagi
cukup untuk menampung 5 manusia.
Tuh kan, kebanyakan hal-hal yang gak penting kan yang
ditanyain? Ya begitulah. Kemarin-kemarin kami juga mempertanyakan hal-hal yang
sama gak pentingnya kepada kakak-kakak kami di Anggrek. Hehe…
Pembahasan kegiatan dan mempersiapkan keperluan dengan
ngobrak-ngabrik sanggar di SMPN 30, selesai. Dilanjutkan dengan ngelamun masal sambil
bertukar perkiraan mengenai hal-hal yang akan terjadi disana. Hasil perkiraan
kami? Gak karuan. Hasil perkiraan adik-adik kami? Bikin ngakak. Yang jelas
malah tambah gak karuan hasilnya. :D
Sebelum lanjut ke tempat berikutnya, saya dan rekan saya Maila,
berbincang-bincang dengan Pembina kami di SMPN 30 untuk kejelasan mengenai
kegiatan lusa yang persiapannya mepet, dengan keadaan yang mepet pula. Namun,
semua cukup terkendali. Alhasil? Perubahan rencana terjadi. Semua hal yang kami
bayangkan 3 hari yang lalu, sepertinya akan berubah menjadi hal-hal yang kami
perkirakan beberapa jam yang lalu. :) ?!
Siang hingga sore hari nya saat kami di Anggrek, senang-sedih
terjadi.. Hm, Skip? Sebentar, coba saya ingat dulu. Mulai dari cerita-cerita,
membahas hal yang rasional dan tidak rasional, membuat penimbangan dan
pertimbangan untuk hal yang berkaitan dengan Jamcab-nya, juga penandatanganan
SKU yang menghasilkan bertambahnya
hal-hal yang harus dipertanggungjawabkan bagi pemiliknya. Semua dirangkum jadi senang-sedih. (icon smile and sad)
Ini dia, Jumat, 15 Juni 2012. Jambore Cabang Kota Bandung
diselenggarakan!
Kami berangkat dari almamater sekitar pukul 10.00 WIB
menggunakan kendaraan umum yang kami sewa. Perjalanan memakan waktu kurang dari
2 jam. Setibanya disana, terjawablah salah satu hal yang dipertanyakan sejak
beberapa hari yang lalu. Ya, lokasi dengan permukaan tanah yang turun naik,
keadaan cuaca yang panas-dingin, itulah jawabannya, dapat dilihat dan dirasakan
langsung. Persis dengan yang diceritakan kakak kami di Anggrek. Meskipun sedikit berbeda dari yang penulis bayangkan, hehe.
Setelah daftar ulang kami diberi tahu di areal sebelah mana
kami dapat mendirikan tenda. Belum apa-apa, masalah kedua muncul setelah
masalah pertama mengenai areal pendirian. Kami sempat bermasalah pada saat akan
mendirikan tenda.
Areal yang seharusnya kami tempati, digunakan untuk
mendirikan tenda oleh salah satu gugus depan dari kontingen lain. Panitia
datang, perundingan pun terjadi. Keputusannya, kami bertukar tempat dengan
gugus depan tersebut. Tapi tak apalah… Setidaknya kami dapat tempat yang lebih
teduh dibawah pohon meskipun struktur tanahnya agak menurun.
Nah, masalah kedua. Apa yang terjadi kalo mau mendirikan
tenda, tapi patoknya gak dibawa? Yap, tendanya belum bisa disebut tenda secara
utuh. Akhirnya, kami mencari cara dengan segala upadaya. Hehehe, kecerdasan
anak Pramuka dibuktikan. Tanpa kami beritahu caranya, pendirian tenda pun
selesai (jangan pernah berfikir kami menggunakan sendok sebagai patok!).
Selanjutnya, entah apa yang dilakukan oleh mereka di lokasi jambore hingga malam hari. Nyabutin rumput mungkin.
Siang hari keesokannya, what did we do? Saya
kembali bergabung ke Kiarapayung saat
mereka
telah selesai melaksanakan kegiatan rotasi sejak pagi hari. Saat
itu kami akan melangsungkan acara makan siang, dibumbui dengan cerita adik-adik
kami yang mengaharukan. Salah satunya, keluhan tenda berukuran mungkin kira-kira 2×2 m (pokonya kecil) yang
dihuni oleh 4 orang. Apa yang Anda
bayangkan? Susunan pindang? Hehe, kurang lebih
seperti itu.
Sebelumnya, kami kira tenda tersebut cukup untuk menampung 5
orang, ternyata 4 orang saja sudah membuat badan tak bisa bergerak bebas. Hal tersebut
harus kami atasi, sebab masih ada malam
ini dan esok hari. Namun karena belum dapat
ilham, kami tunda dan kami pikirkan perut saja.
Menu makan siang saat itu dengan
mie rebus. Walau hanya mie rebus, namun kebersamaan kami yang membuat makan
siang kali ini terasa lebih nikmat. Ditemani pula oleh
anggota gugus depan 07032, Anggun dan Nuri yang imut-imut.. hihi
Namun sodara-sodara, ketika hendak menyerbu mie bersama-sama, sepucuk parafin
nyemplung ke dalam panci. Hal ini menyebabkan perubahan status mie yang tadinya
“Waspada!” menjadi “Awas!”. Pertolongan pertama pun segera diberikan. Kami
selamatkan mie dengan mengutus sebuah sendok untuk mengambil sang parafin.
Ya, kami ceburkan sendok. Sendok yang kami gunakan untuk
ngorek-ngorek api di bawah panci tadi. Gubraakk..!! Terpikir kah status apa
yang Anda berikan untuk makan siang kami saat itu?! Just keep it in your mine.
Walau begitu, beberapa menit kemudian lenyap sudah mie yang tercemar parafin
tersebut dari tempatnya. Prinsip “yang penting halal” ditegakkan, kami pun
kenyang… (kami yang ini, tidak termasuk
penulis, hehe)
Sore harinya, kegiatan dilanjutkan dengan panjat tebing, juga
memanah. Setelah itu kami bersantai, bercerita, bercanda tawa bersama dengan
pramuka lain hingga maghrib menjelang.
Namun disela-sela itu, kami mendirikan satu tenda lagi yang didapat dari seorang alumni yang kebetulan menjadi panitia disana.
Hore…!! Curhatan adik-adik kami pada alumni membuahkan hasil. Malam ini,
ke-3 adik kami dapat tidur dengan nyenyak. Lalu saya
dan satu rekan saya itu, Maila?
Tidur di tenda prisma baru yang kanan kirinya
tak kami jumpai risleting. Sungguh, malam yang beruntung dapet tenda baru. Namun kurang beruntung.
Sama seperti malam pertama kemarin, setelah maghrib acara
dilanjutkan dengan penampilan dari setiap kontingen di sebuah panggung yang
dirancang sedemikian rupa.
Malam ini kami bergabung dengan Anggun dan Nuri dari gudep
07032 untuk bersama-sama menikmati indahnya malam. Kami berbaring diatas rumput
di depan tenda mereka sembari menyaksikan pesona langit Kiarapayung dengan
gemerlap bintang yang menghiasi, sangat menawan. Lebih menawan jika ada dia, mereka, dan Anda
disamping saya. :P
Perut bernyanyi di malam hari, pertanda lapar. Menikmati
taburan bintang dilangit, sudah. Karokean di dalam tenda, juga sudah. Tempat
persinggahan kontingen Bawet melintas di pikiran kami untuk dihinggapi. Ada
pedagang burger kabarnya. Sepertinya cukup untuk mengganjal perut,
(Bukan pedagangnya yang kami gunakan
untuk mengganjal perut, tapi burgernya).
Sambil berhinggap disana, kami memesan. 2 burger untuk 4
orang. Kenyang? Alhamdulillah… kenyang enggak,
tapi nikmat. Senda gurau bersama dengan pramuka lain dan kakak-kakak kami disana, seakan menjadi hiburan
tersendiri.
Makan, sudah. Tiba-tiba yang terpikirkan dalam benak saya
adalah bagaimana kabar ketiga adik-adik kami? Ya, karena selepas sholat maghrib
kami pergi tanpa mereka. Beberapa pertanyaan terlintas. Sudah makan kah mereka?
Sedang apakah mereka? Daripada menduga-duga, saya dan Maila, juga dengan
mengajak 2 adik kami, Anggun dan Nuri, meluncurlah kami ke tenda Gudep 11022.
Bagaimana
kabarnya? Begini, salah satu adikku
sakit perut dan kedinginan, satu adik yang lain sedang menangis, lalu sisanya
terbungkus sarung sedang merinding di dalam tenda.
Saat itu mereka dalam keadaan haru. Awalnya Saya kira ada
kabar duka karena kehilangan keluarga yang dialami. Ternyata, ya Allah… Mengapa
Kau izinkan adanya pememutusan hubungan pacaran dimalam hari? Pas lagi jambore
lagi. Aduh Gusti. Kasian Irma, nampaknya kegalauan sedang mengitari relung
hatinya..
Penanganan diupayakan. Yang sakit perut? Karena saya gak suka
dengan aroma minyak kayu putih, diobatilah ia oleh rekan saya Maila. Yang
merinding kedinginan di dalam sarung? Sedang mengkondisikan dirinya untuk
memakai beberapa double baju ditambah jaket.
Sebenarnya saya sedikit kecewa dengan mereka. Meskipun ini
pengalaman pertama mereka ikut Jambore, yang langsung tingkat Cabang, dan
pertamakalinya Jambore dengan merasakan suhu lokasi yang sangat dingin pula di
tengah malam.
Tapi, aduh, pengalaman memang mereka
belum ada, tapi kami sudah mengingatkan untuk membawa salah satu
keperluan wajib! Tidak ada sleeping bag, harus bawa selimut. Ya, selimut yang
harus dibawa bukan sarung. Bagaimana pun caranya kami tidak peduli. Mau dimasukan
kedalam tas ataupun dijinjing, tidak masalah bagi kami, yang penting bawa.
Tapi semua perkataan kami tidak dihiraukan. Desca dan Bunga
tetep bawa sarung, Irma malah bawa bantal super gede. Kami juga mengingatkan
mereka untuk membawa baju minimal 3. Kenyataanya? 2
orang dari mereka cuma bawa 2 baju. Sisanya, cuma bawa satu. Masya Allah..
Bandelnya merekaaaa! Heuh.
Lalu yang lagi nangis terisak-isak karena putus sama
pacarnya? Kami coba menenangkan, menyemangati, dan menghibur dengan mengajaknya
menyaksikan penampilan yang suaranya sedang meriah diatas panggung sana.
Sungguh, konflik yang cukup asing bagi penulis, kok
bisa-bisanya ya itu bocah tega mengakhiri hubungan pacaran
disaat sang kekasih lagi asik-asik jambore? Emang gak bisa nunggu sampe
pacarnya pulang kerumah apa?! Ckckck.. Namanya juga bocah, bukan pria. Betul tidak?!
Kami menunggu kantuk datang sembari menyaksikan pentas seni
dari beberapa kontingen dan menikmati acara yang tersaji. Hasilnya? Kantuk tak
kunjung tiba.
Minggu, 17 Juni 2012. Kegiatan rotasi pagi ini mengenai
kompas, peta pita, peta lapangan, dan pengetahuan mengenai pemadam kebakaran
yang dilaksanakan hingga siang hari, kemudian beristirahat. Sangat mengasyikan
memang dan banyak cerita dalam setiap kegiatannya.
Sore harinya tidak ada kegiatan rotasi. Kami bersantai-santai
dan bercengkrama dengan Pembina yang baru datang Minggu sore ini. Yeah! Kami
senang karena Pembina datang, dan kami sedih karena baru datang. Yasud.. Kami
mengerti kok. Gak ngerti ketang.
Disela-sela itu pula kami mampir ke stand Bawet dengan niat
mencari tahu keberadaan Kak Reza yang tadi siang nampak disana, namun ketika
kami nyantai dan hendak mengahampiri, tak nampak lagi. Beberapa menit sebelum
kami kesana, ternyata baru saja pulang. Hmm, padahal kami sudah
sempat-sempatkan waktu untuk menepati janji.
Sebelum kembali ke persinggahan, kami melihat ada beberapa stiker
disana. Tertariklah hati kami untuk
melihatnya. Stiker bergambar seorang bocah Pramuka yang bertuliskan “I’m Proud
of Scouts”; “Proud to be Scout”; and other kinds.
Sejenak rekan saya teringat SKK, tertariklah ia untuk menjual. Dengan harapan
semoga mendapat pengalaman, pembelajaran, dan
satu TKK dapat ia kantongi. Kak Ridwan pun tak keberatan, justru nampak merah
merona nan ceria.
Tak dinyana, rejeki datang lagi, ada Kak Win disana yang
sedang asik bersantap sore. Makan siang yang tertunda mungkin. “Nanti Saya
kasih deh satu tanda tangan buat SKU”. Yippii..!! Mungkin karena kenyang, Kak
Win berbaik hati pada kami. Satu tanda tangan tanpa tes. Yummy, luamayan bukan?
Yang saya sayangkan, andai saja saat itu Kak Win bersantap
sore lebih banyak, mungkin bisa jadi yang terdengar adalah kalimat “Sok, nanti
saya tanda tangani semua poin SKU Rakit nya deh”. Wahh.. Mungkin lebih yummy
rasanya. Walaupun rasanya tak mungkin Kak Win berkata demikian. (Tapi pemirsa, tidak semudah itu tanda tangan dapat
terpajang di SKU kami. Tak semudah itu. Tetep,
harus ini dan ini dulu.) Lalu bagaimana dengan SKK? Mari, kapan-kapan berbincang dengan Kak Ridwan, hehe.
Lagi-lagi, di malam harinya tidak ada permainan atau kegiatan Pramuka. Hanya pentas seni dari setiap
kontingen satu-satunya agenda acara di malam hari. Disana, ada yang menampilkan
paduan suara, penampilan dengan gitar akustik, nge-band dan waah… rame pokoknya, begitulah!
Pentas seni berakhir sekitar pukul 22.00 WIB. Adik-adik kami
sudah tidur sejak beberapa jam yang lalu. Karena kabita, kami ikutan. Namun sepertinya mata kami menolak untuk memejamkan mata
dengan segera. Kami memutuskan untuk berbaring sebentar di luar tenda untuk
menikmati kemilauan bintang-bintang di malam terakhir kami di Kiarapayung.
Langit tampak begitu indah. Suhu yang bisa dikatakan teramat dingin
menjadi selimut kami. Daerah perbukitan dengan panorama langitnya di malam hari
membuat kami takjub. Suhu yang semakin dingin, ternyata tak terelakkan. Terpejamlah
mata kami.
Well, sinar-sinar sang surya sudah mulai nampak sekitar pukul 05.00, Senin pagi.
Hari ini kami pulang. Namun beberapa stiker masih ada di tangan kami karena
sore kemarin hanya sebagian yang terjual. Setelah sarapan, dengan semangat 45
kami bertekat untuk menjualnya kembali. Dikarenakan sore kemarin Maila
yang menjual, maka pagi ini bagian saya. Sempat ragu sih awalnya karena saya
bingung mau ngomong apa. “Stiker.. stiker….. stiker.. ada yang mau beli?!” Masa
mau ngomong gitu?!
Hehe enggak dong, anak Pramuka itu fleksibel jadi semua hal bisa.
Tapi untuk yang satu ini saya enggak bisa. Enggak bisa. Hiks….
Yah, sebelum bilang begitu, sempat saya coba dulu. Saya
tawarkan kepada beberapa teman di sekitar tenda kami. Hasilnya? Sepertinya otak
ini tidak terprogram untuk hal itu. Saya lebih milih ngomong di depan umum
menerangkan atau mempresentasikan suatu hal daripada ngomong di depan orang
menawarkan suatu produk. Tapi tak sia-sia, 3 stiker yang besar dapat saya jual.
Hehe bangga.
Benar-benar kehabisan kata-kata, Tuhan kembali membantu
hamba-Nya. Alhamdulillah, akhirnya rejeki datang lagi, datang lagi, datang
lagi.
Kemarin sore kami sempat berkenalan dengan seorang Kakak yang
bersekolah di SMK dan kebetulan ingin memcoba
praktek jadi ****** (ah, saya gak yakin apa sebutannya.
Mungkin sales. Atau marketing? entahlah). Kak Dhea namanya, ia menawarkan diri
untuk membantu. Dengan senang hati saya terima. Berdua? Kali
ini saya lebih bersemangat.
Banyak hal didapat dari pengalaman menjual stiker ini. Saya
bisa belajar banyak hal, banyaak banget. Entah kenapa saat itu saya iseng memperhatikan orang lain. Tentu orang yang saya perhatikan
itu tak tahu kalau dirinya sedang diamati. Nah, di salah
satu tenda yang kami singgahi, Kak Dhea sedang asik menawarkan stiker sedangkan
saya disampingnya, pengen lihat dulu bagaimana
respon pembeli.
Hasilnya? Ya setidaknya saya
sedikit tahu apa yang sedang dipikirkan pembeli, gimana perasaannya, responnya, dengan melihat gerak-gerik dan mimik mukanya. Anda ingin
tahu? Cobalah untuk menjadi seorang penjual. Dan dari pengalaman ini, saya jadi
tahu kira-kira gimana perasaan para penjual yang ada di Negeri ini jika
dagangannya sedang laris manis, sedang kurang beruntung, ataupun sedang
diisengin pembeli, hihi.
Karena pengalaman ini pula, kemarin-kemarin saya jadi punya
niatan iseng baca-baca mengenai cara penjualan suatu produk. Apa, dimana dan
bagaimana. Ternyata product concept, production concept, selling concept, dll
sangat penting untuk dipelajari. Terutama marketing concept.
Menjajah dari satu tenda ke tenda lain. Yang saya rasakan,
respon pembeli cowok dan cewek berbeda. Gimana bedanya? Cobalah untuk menjadi
seorang pedagang. Kurang dari setengah jam, hanya tinggal beberapa stiker lagi.
Sisanya habis terjual. Tersenyumlah saya.. J
Setelah menjual stiker dan sarapan, tidak banyak aktivitas
yang kami kerjakan. Sebenarnya masih ada karnaval sih, tapi kami tidak ikuti
berpartisipasi dan langsung pulang ke
habitat masing-masing, karena sekitar jam 11 siang kami sudah dijemput oleh Pembina. Nice…
Sekian laporan di Minggu ke-3 bulan Juni 2012, Wassalam.
*) Tulisan ini dibuat 8 bulan yang lalu
by Adelia Wardani (07032)