Sudah berapa tahun ‘kah kita hidup di
dunia ini? Sudahkah kita mengamati perubahan apa saja yang terjadi pada remaja
Indonesia dewasa ini? Sungguh, sebuah realita yang mengharukan bukan?
Kebanggaan ada, kekecewaan pun hadir.
Beberapa pekan kebelakang, sering kali
kita mendengar pertistiwa tawuran antar pelajar yang terjadi di Jakarta. Namun tidak hanya di Jakarta, berbagai kota di Indonesia pun sering kali
manusianya bertindak ‘salah kaprah’.
Apakah penyebabnya? Banyak. Beberapa
peristiwa tawuran yang terjadi tidak selalu sama penyebabnya. Namun, di sini ada kesamaan salah satu faktor penyebab. Kurangnya kesadaran diri.
Mungkin itu bisa menjadi salah satu penyebab yang timbul dari dalam diri
seseorang untuk melakukan tindakan tercela tersebut.
Ngapain sih, berantem? Gak penting banget, Bro!
Sebagai manusia kita diberi akal dan
pikiran. Tidak hanya itu, manusia pun memiliki hati nurani. Jika masalah dapat
diselesaikan dengan kekuatan akal, pikiran dan hati nurani, lalu mengapa
penyelesaian masalah sering kali diselesaikan dengan kekuatan otot atau
kekerasan?
Kebanyakan tawuran atau perkelahian
identik dengan laki-laki ketimbang perempuan. Nah, Saya pernah membaca sebuah
artikel yang menjelaskan hasil survey bahwa kebanyakan laki-laki seringkali
menyelesaikan masalah menggunakan logika ketimbang perasaan, namun sebaliknya
dengan perempuan.
Jika contoh kasusnya adalah tawuran yang
terjadi antar dua SMA di Jakarta tersebut, pertanyaannya, mengapa laki-laki
tersebut tidak menggunakan logikannya untuk menyelesaikan masalah, melainkan
malah menggunakan perasaan?
Mungkin banyak jawabannya. Salah satunya? karena rasa gengsi yang ada
dalam diri, mereka jadi berantem demi menjaga nama baik masing-masing.
Lha, justru kalo berantem apa gak gengsi, Bro?!
Well, Berantem sih sah-sah saja. Saya
sependapat dengan guru seni budaya di sekolah saya yang pernah bercerita dan
menasihati kami para siswanya, agar tidak ikut dalam aksi tawuran. Pas sekali,
saat itu sedang hangat-hangatnya kabar berita mengenai peristiwa tawuran di
Jakarta hingga menimbulkan korban tewas. Konyol? Sangat. Menyedihkan memang.
Ya, jika semua upaya damai telah di usahakan namun masalah tak kunjung selesai dan menurut mereka berantem adalah upaya terakhir yang dapat ditempuh untuk menyelesaikan masalah, silahkan saja. Karena saya pun tahu tidak semua manusia memiliki kesadaran dan pola pikir yang baik.
Ya, jika semua upaya damai telah di usahakan namun masalah tak kunjung selesai dan menurut mereka berantem adalah upaya terakhir yang dapat ditempuh untuk menyelesaikan masalah, silahkan saja. Karena saya pun tahu tidak semua manusia memiliki kesadaran dan pola pikir yang baik.
But after that, masalah selesai?
Saya rasa tidak. Justru malah menibulkan
masalah baru.
Finally, “Kekerasaan tidak akan
menyelesaikan suatu masalah” is that true? Tulisan ini saya biarkan terbuka
tanpa kesimpulan. Anything your answer, that is your opinion.
So, you can think for yourself on this
matter.
Wasalam.
- Adelia Wardani (07032)
0 komentar:
Posting Komentar