Pramuka Telkom

Pramuka Telkom

Orientasi Kepramukaan Dan Mumetnya Pramuka Wajib

0 komentar



Masa orientasi sekolah sudah lewat lebih dari sebulan yang lalu, orientasi segala rupa kegiatan sekolah atau ekstrakurikuler yang ada pun sudah didemontrasikan dengan berbagai tingkah dan kreativitas anggota ekskul yang bersangkutan.

Nah, biasanya orientasi atau pengenalan lingkungan dan kegiatan sekolah diawal ajaran semacam ini menjadi ajang menguntungkan untuk mencari anggota si ekskul. Meskipun orientasi ekstrakulikuler bisa dilakukan tidak hanya pada Masa Orientasi Siswa baru di sekolah.

Well, tujuan orientasi? Sudah jelas, sebagai sarana mencari penerus kegiatan ekskul serta sebagai wadah untuk menampung siswa yang memiliki bakat juga adanya minat yang sama dalam bidang tersebut.

Hasil dari demonstrasi yang telah dipersiapkan oleh para anggotanya bisa jadi sukses besar hingga dapat menjaring siswa berbakat dan menuai minat kepada siswa baru. Namun tak jarang demonstrasi yang telah diluncurkan gagal total bernilai nol.

Demontrasi yang telah disuguhkan bak hiburan semata pengisi waktu. Kurang bisa menebar benih cinta, eh…. benih-benih minat mengikuti ekskul teresebut maksudnya. Alhasil tak ada regenerasi dan boleh jadi perkembangan prestasi ekskul terhambat.

Apa yang salah hingga hal semacam itu terjadi?

Well, tak bisa disimpulkan apa penyebab secara sahnya. Tapi boleh jadi, kondisi dan situasi peserta maupun anggota ekskulnya, keterbatasan waktu yang disediakan panitia, atau jumlah anggota dan anggaran yang dimiliki ekskul tidak mencukupi hingga kekreatifitasan yang ada tidak meghasilkan wujud nyata secara utuh atau dengan kata lain jadi ‘saaya-ayana’.

Dan juga mungkin berbagai hal akan berkontribusi mempengaruhi bagiamana cara berdemonstrasi yang berdampak pada hasilnya.

Jika seperti itu, orientasi perlu strategi-strategi yang cocok supaya siswa-siswi tertarik untuk bergabung. Artinya, bukan hanya dari cara berdemonstrasi si ekskul. Dari cara nge-MOSnya mungkin, atau aturan sekolah dan cara sekolah mendukung kegiatan ekskulnya perlu ditinjau.

Boleh jadi sekolah memperhitungkan nilai tambahan bagi yang aktif dalam ekskul, dari pihak sekolahnya wajib rajin mencari info perlombaan dan mengikutsertakan para angota ekskulnya pula, atau mungkin hingga memberi hari khusus untuk berkegiatan ekskul di sekolah.

Well, sekarang ini, khususnya orientasi Kepramukaan saat MOS di lingkungan sekolah, dirasa kurang mengena pada sasaran.

Pengenalan kepramukaan tidak bisa dilakukan hanya dengan sekejap mata atau dalam waktu yang tak lebih dari 10 menit. Ya masa weh atuh, dari sekian banyak bidang materi kepramukaan, dijelaskan hanya dengan ‘ngomong’? 10 menit pula. Ya nggak rame atuh. Hayo, bagian mana yang bisa dijelaskan dalam 10 menit dan langsung bisa menarik banyak anggota?

Tentu perlu visualisasi yang tepat dan praktek secara nyata, jadi bisa merasakan langsung, agar pengenalan berhasil mencapai tujuan dan mendapatkan gambaran atau pemahaman yang sesuai bagi siswa-siswai baru yang masih awan dengan Pramuka.

So, mengadakan perkemahan khusus untuk orientasi kepramukaan selama beberapa hari dengan konsep dan agenda yang cerdas dan menarik adalah salah satu caranya. Namun, untuk zaman sekarang, hal ini sangat jarang dilakukan atau bahkah disetujui oleh pihak sekolah.

Sekedar saran, bermain sandi dengan bendera semphore diiringi musik dan berjoged, mungkin? Ya… paling tidak membuat beberapa diantara mereka setidaknya bertanya, “Itu bendera maksudnya apaan? Kok geje banget pake bendera? Kekurangan alat mereun? Tuh… pipiriwitan gitu, ngagandengan, apa coba maksudnya, teu kreatif, mendingan juga rebana kita bisa berdendang.” Sodara-sodara, kebayang main morse pake rebana?

Atau mungkin dengan lawakan cerdas hingga membuat para peserta tertawa riang gembira dan berimbas pada bergabungnya mereka. Nah, setelah mereka bergabung, barulah diperkenalkan dengan kegiatan kepramukaan. Well, meskipun presentase bergabungnya kecil, paling tidak memberi kesan kalau anak Pramuka di sekolah itu teh humoris dan menyenangkan.

Sejujurnya, dalam benak saya masih bertanya-tanya, “Bagaimana cara efektif untuk memperkenalkan kepramukaan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya agar dapat menebar minat di hati para siswa baru?”

Apakah caranya dengan mewajibkan berpramuka pada kurikulum yang baru-baru ini diluncurkan kali, ya?

Sehingga, bisa menciduk banyak anggota, dan gudep-gudep pun kembali aktif tanpa adanya perkenalan dan tanpa perlu repot-repot menumbuhkan rasa cinta & nggak usah capek-capek memberi kesan awal terlebih dahulu tentang Pramuka di hati para anggotanya. Tapi semua itu akan hadir ketika sudah nyemplung mengemban ‘kewajiban’ berpramuka.

“Yang penting kalian semua wajib ikutaann…!!” sorak seseorang di sana (Siapa tah? :D)

Well, lalu bagaimana jika mereka menyadari bahwa menurut aturanya berpramuka itu tidak ada kata wajib?

Sebentar, apakah memang begitu, berpramuka tidak wajib?

Sudahkan pembaca ikut memeriksa dan terterakah itu pada suatu aturan tertulis? Iya?

Jika seandainya mereka tidak tertarik mengikuti kegiatan kepramukaan dan lebih memilih mengikuti hati nurani dengan keluar atas dasar hak asasi manusia, bagaimana?

Lantas bagaimana dengan aturan yang terlanjur mengikat mereka?

So, well, munculnya anggota baru itu mungkin salah satu yang diharapkan dari maksud orientasi beberapa paragraf diatas, tapi bagaimana dan seperti apa dampaknya jikalau terjadi ketidakefektifan dan ketidakterjangkauan pembinaan terhadap anggota karena anggota Pramuka tiba-tiba membludak di suatu gugus depan?

Bagaimana jika tujuan atau sasaran justru malah tidak tercapai? Sudahkah dipersiapkan sejak jauh-jauh hari para tenaga pendidiknya?

Lalu, metode seperti apa yang akan digunakan untuk membina peserta didik, jika terjadi keterbatasan tenaga pendidik, dan perbandingannya terlampau jauh?

Well, yang saya tahu, ada Pangkalan yang menggunakan sistem pembagian kelompok saat berlatih. Menjadi 3 Kelompok.

Pelaksanaannya, kelompok dibagi berdasarkan mana yang minat sekali dengan Pramuka, mana yang sedang-sedang saja, dan mana yang sangat tidak suka.

Yang sangat tertarik, akan betul-betul diperkenalkan dengan Pramuka dengan segalam macam materi dan bidang didalamnya.

Yang tidak terlalu tertarik, unsur materi kepramukaannya tidak terlalu banyak dan ditambah dengan hal-hal yang disukai orang-orang dalam kelompok ini—meskipun tidak ada hubungannya dengan Pramuka.

Dan yang sangat terpaksa bin tidak tertarik sama sekali, materi yang diberikan diuatamakan kepada apa yang mereka minati saja, sekalipun tidak ada sangkut pautnya dengan Pramuka.

So, yang jadi pertanyaan, apa bedanya Pramuka diwajibkan dengan tidak?

‘Kan jadi timbul pertanyaan, “Nanaonan eta teh, euy?”

Well, selain itu, lalu bagaimana sistem penilaian di rapot pada ‘mata pelajaran’ Pramuka di sekolah?

Dinilai dengan angka, atau huruf? Lalu berdasarkan apa atau dilihat dari segi apa penilainnya? Cukup akurat dan terjamin, kah?

Sebetulnya apa toh tujuan pada kurikulum baru ini Pramuka diwajibkan di sekolah-sekolah?

Hmm well, jika melihat misi Kwarnas, atau ajakan Presiden RI dalam rangka revitalisasi Gerakan Pramuka serta ajakan Ketua Kwarnas dalam rangka meningkatkan peran Pramuka sebagai bagian sistem pendidikan nasional bagi kaum muda, yang tertera dalam kepanjangan PRAMUKA versi beliau-beliau. Oh well, mungkin beginilah cara perealisasianya.

Hmm atau tujuan lain, yaitu… membantu para anggota lama mencarikan anggota baru supaya tidak perlu capek-capek berdemonstrasi di sekolah? Jadi akan terus ada regenerasi, pun jadi tidak perlu repot berjoget dengan semaphore? Ahh.. that’s just a great ‘adieu’… baik hati pisan, ahahai. So, well, I hope someone can answer my questions distinctly. Curious…


Sekian, wassalam. J


- Adelia Wardani (07032)




NB : Topik ‘Orientasi Kepramukaan’ ini sebelumnya sudah pernah menjadi tema dalam Diskusi Penegak-Pandega yang pernah dilaksanakan oleh Gudep Pangkalan PT. Telkom di Jl. Anggrek 53A. So, there any some thoughts and conclusions of discussion.





 
Copyright © Anggrek 53A Blogger Theme by BloggerThemes & newwpthemes Sponsored by Internet Entrepreneur