Pramuka Telkom

Pramuka Telkom

The Story of Jambore Cabang Kota Bandung 2012

0 komentar




Mari bernostalgia ramai-ramai. Yay! So this is my story… Enjoy!

Minggu ke-3 di bulan Juni adalah minggu yang paling melelahkan, menyedihkan, mengaharukan, mengecewakan, menggembirakan, menyenangkan, dan me… Meriah pokoknya. Semua rasa ada. Karena disetiap hari yang ada di minggu itu, mulai dari hari Senin sampai ke Senin lagi, tak dinyana tak disangka, hal-hal yang terjadi bak ombak tiada henti. Capek? Jelas, tapi sebanding sama serunya.

Beberapa ekor peristiwa telah terjadi di minggu tersebut yang dengan sukses membuat hati gundah gulana, semua perasaan melayang entah kemana, kegalauan terjadi di puncaknya, dan sebuah kegiatan Jambore akan dilaksanakan, yang ber-ending dengan sakit di kamar. Really, the best experience.. Hihihi

Jambore…!! Ya, jambore, sebuah kegiatan Pramuka yang sangat dinanti-nanti kehadirannya oleh penulis. Kegiatan yang mengasyikan, banyak memberi pelajaran melalui kegiatannya. Ajang pencarian teman bahkan kecengan bagi sebagian orang. Memunculkan semarak kebahagiaan, bahkan hampir semua hal muncul hingga tak dapat terlupakan.

Mie ayam under moon in the dark night, Indomie rasa parafin, insiden di dalam tenda, beautiful sky in the night, i am a spidergirl, dan banyak hal lain adalah contoh kejadian yang telah bersarang dengan baik dalam ingatan. Pengalaman yang bukan sekedar pengalaman, isn’t it? J

Dari beberapa Jambore yang pernah diikuti, Jambore kali ini memiliki kesan tersendiri. Jambore Cabang Kota Bandung yang diselenggarakan 15-18 Juni 2012 untuk pertama kalinya diikuti penulis. Karena sebelumnya hanya jambore ranting yang diikuti. Bedanya? Cakupannya lebih luas, kegiatannya lebih banyak, dan waktunya pun lebih lama. Jadi bisa bikin ortu tambah kangen dengan minggat dari rumah, hehe.

H-5, semua persiapan sudah terbayang, karena sebelumnya sudah berbincang-bincang bersama dengan Kak Win, Kak Irfan, Kak Nur, dan kakak-kakak yang lain. Hanya lokasinya saja yang masih belum terbayang seperti apa. Yang pasti, masih di awang-awang tak karuan di pikiran. Maklum, belum pernah ke Kiarapayung soalnya, itu loh di Jatinangor daerah Subang. Tahu kan?

H-4, semua masih aman terkendali. Kami berangakat dengan gudep kami 07032. Namun, Selasa H-3, apa yang terjadi? Sore hari sepulangnya dari Jl. Anggrek, handphone bergetar, lampunya berdisko. Beberapa sms masuk, dibuka, dibaca, diamati, ditutup, ngelamun. Terlintas dalam benak penulis, “Apa yang akan terjadi besok?” ahahai… memangnya ada apa? Nah, kebetulan penulis lupa. Pura-pura lupa deng hehe (bagian ini mari kita skip. Ini mah jawaban atas pertanyaan pada paragraf selanjutnya).

Rabu, 13 Juni 2012. Hari ini rencananya akan ke Jl. Anggrek untuk menepati janji pada seorang kakak. Namun sebelum itu, kami akan mempersiapkan semua keperluan untuk kegiatan jambore lusa bersama dengan adik-adik Pramuka yang lainnya di pangkalan Gudep 11022. Ya, karena pada endingnya kami berangkat dari Gudep 11022. Kenapa? Kenapa? (Bagian ini mari kita skip).

Persiapan digelar, mulai dari pertanyaan penting sampai pertanyaan yang gak penting dilontarkan kepada kami (baca : Maila & Adelia 07032) saat di sanggar.

“Teh, disana kita nanti ngapain aja?”
“Nyabutin rumput mungkin.”
“Teh, disana ada kamar mandi enggak?”
“Ya pasti ada. Eh, WC jadi-jadian mungkin ada. ”
“Kira-kira ada cowok ganteng gak disana?”
“Astagfirullah..”
“Seriusan teh..”
“Duka atuh… nanti deh teteh liat list nya dulu ya ada atau enggak.”
“Disana kita makan apa teh? Kan tadi bilangnya kita gak perlu bawa kompor.”
“Gampang, tinggal ngambil. Mau apa? Rumput, ranting pohon, tanah, atau beling?! Semua ada.”

Begitulah, semua pertanyaan dapat kami jawab dengan inteligensi yang sangat baik.

“Teh, nanti kita tidur dimana? Kan tendanya cuma satu. Kalo kita tidur di tenda kasian tas kita teh, masa mau dijadiin satpam diluar tenda?”

Nah, untuk pertanyaan yang satu ini kami copy dan kami paste-kan kepada Pembina kami untuk ditanyakan. Solusinya? Aman. Kami dapat tambahan 1 tenda lagi.
2 tenda? Cukup. Satu untuk harta karun kami, dan satu lagi cukup untuk menampung 5 manusia.

Tuh kan, kebanyakan hal-hal yang gak penting kan yang ditanyain? Ya begitulah. Kemarin-kemarin kami juga mempertanyakan hal-hal yang sama gak pentingnya kepada kakak-kakak kami di Anggrek. Hehe

Pembahasan kegiatan dan mempersiapkan keperluan dengan ngobrak-ngabrik sanggar di SMPN 30, selesai. Dilanjutkan dengan ngelamun masal sambil bertukar perkiraan mengenai hal-hal yang akan terjadi disana. Hasil perkiraan kami? Gak karuan. Hasil perkiraan adik-adik kami? Bikin ngakak. Yang jelas malah tambah gak karuan hasilnya. :D

Sebelum lanjut ke tempat berikutnya, saya dan rekan saya Maila, berbincang-bincang dengan Pembina kami di SMPN 30 untuk kejelasan mengenai kegiatan lusa yang persiapannya mepet, dengan keadaan yang mepet pula. Namun, semua cukup terkendali. Alhasil? Perubahan rencana terjadi. Semua hal yang kami bayangkan 3 hari yang lalu, sepertinya akan berubah menjadi hal-hal yang kami perkirakan beberapa jam yang lalu.  :) ?!

Siang hingga sore hari nya saat kami di Anggrek, senang-sedih terjadi.. Hm, Skip? Sebentar, coba saya ingat dulu. Mulai dari cerita-cerita, membahas hal yang rasional dan tidak rasional, membuat penimbangan dan pertimbangan untuk hal yang berkaitan dengan Jamcab-nya, juga penandatanganan SKU yang menghasilkan bertambahnya hal-hal yang harus dipertanggungjawabkan bagi pemiliknya. Semua dirangkum jadi senang-sedih. (icon smile and sad)

Ini dia, Jumat, 15 Juni 2012. Jambore Cabang Kota Bandung diselenggarakan!

Kami berangkat dari almamater sekitar pukul 10.00 WIB menggunakan kendaraan umum yang kami sewa. Perjalanan memakan waktu kurang dari 2 jam. Setibanya disana, terjawablah salah satu hal yang dipertanyakan sejak beberapa hari yang lalu. Ya, lokasi dengan permukaan tanah yang turun naik, keadaan cuaca yang panas-dingin, itulah jawabannya, dapat dilihat dan dirasakan langsung. Persis dengan yang diceritakan kakak kami di Anggrek. Meskipun sedikit berbeda dari yang penulis bayangkan, hehe.

Setelah daftar ulang kami diberi tahu di areal sebelah mana kami dapat mendirikan tenda. Belum apa-apa, masalah kedua muncul setelah masalah pertama mengenai areal pendirian. Kami sempat bermasalah pada saat akan mendirikan tenda.

Areal yang seharusnya kami tempati, digunakan untuk mendirikan tenda oleh salah satu gugus depan dari kontingen lain. Panitia datang, perundingan pun terjadi. Keputusannya, kami bertukar tempat dengan gugus depan tersebut. Tapi tak apalah… Setidaknya kami dapat tempat yang lebih teduh dibawah pohon meskipun struktur tanahnya agak menurun.

Nah, masalah kedua. Apa yang terjadi kalo mau mendirikan tenda, tapi patoknya gak dibawa? Yap, tendanya belum bisa disebut tenda secara utuh. Akhirnya, kami mencari cara dengan segala upadaya. Hehehe, kecerdasan anak Pramuka dibuktikan. Tanpa kami beritahu caranya, pendirian tenda pun selesai (jangan pernah berfikir kami menggunakan sendok sebagai patok!). Selanjutnya, entah apa yang dilakukan oleh mereka di lokasi jambore hingga malam hari. Nyabutin rumput mungkin.

Siang hari keesokannya, what did we do? Saya kembali bergabung ke Kiarapayung saat mereka telah selesai melaksanakan kegiatan rotasi sejak pagi hari. Saat itu kami akan melangsungkan acara makan siang, dibumbui dengan cerita adik-adik kami yang mengaharukan. Salah satunya, keluhan tenda berukuran mungkin kira-kira 2×2 m (pokonya kecil) yang dihuni oleh 4 orang.  Apa yang Anda bayangkan? Susunan pindang? Hehe, kurang lebih seperti itu.

Sebelumnya, kami kira tenda tersebut cukup untuk menampung 5 orang, ternyata 4 orang saja sudah membuat badan tak bisa bergerak bebas. Hal tersebut harus kami atasi, sebab masih ada malam ini dan esok hari. Namun karena belum dapat ilham, kami tunda dan kami pikirkan perut saja.

Menu makan siang saat itu dengan mie rebus. Walau hanya mie rebus, namun kebersamaan kami yang membuat makan siang kali ini terasa lebih nikmat. Ditemani pula oleh anggota gugus depan 07032, Anggun dan Nuri yang imut-imut.. hihi



Namun sodara-sodara, ketika hendak menyerbu mie bersama-sama, sepucuk parafin nyemplung ke dalam panci. Hal ini menyebabkan perubahan status mie yang tadinya “Waspada!” menjadi “Awas!”. Pertolongan pertama pun segera diberikan. Kami selamatkan mie dengan mengutus sebuah sendok untuk mengambil sang parafin.

Ya, kami ceburkan sendok. Sendok yang kami gunakan untuk ngorek-ngorek api di bawah panci tadi. Gubraakk..!! Terpikir kah status apa yang Anda berikan untuk makan siang kami saat itu?! Just keep it in your mine. Walau begitu, beberapa menit kemudian lenyap sudah mie yang tercemar parafin tersebut dari tempatnya. Prinsip “yang penting halal” ditegakkan, kami pun kenyang…  (kami yang ini, tidak termasuk penulis, hehe)

Sore harinya, kegiatan dilanjutkan dengan panjat tebing, juga memanah. Setelah itu kami bersantai, bercerita, bercanda tawa bersama dengan pramuka lain hingga maghrib menjelang.

Namun disela-sela itu, kami mendirikan satu tenda lagi yang didapat dari seorang alumni yang kebetulan menjadi panitia disana. Hore…!! Curhatan adik-adik kami pada alumni membuahkan hasil. Malam ini, ke-3 adik kami dapat tidur dengan nyenyak. Lalu saya dan satu rekan saya itu, Maila? Tidur di tenda prisma baru  yang kanan kirinya tak kami jumpai risleting. Sungguh, malam yang beruntung dapet tenda baru. Namun kurang beruntung.

Sama seperti malam pertama kemarin, setelah maghrib acara dilanjutkan dengan penampilan dari setiap kontingen di sebuah panggung yang dirancang sedemikian rupa.

Malam ini kami bergabung dengan Anggun dan Nuri dari gudep 07032 untuk bersama-sama menikmati indahnya malam. Kami berbaring diatas rumput di depan tenda mereka sembari menyaksikan pesona langit Kiarapayung dengan gemerlap bintang yang menghiasi, sangat menawan. Lebih menawan jika ada dia, mereka, dan Anda disamping saya. :P



Perut bernyanyi di malam hari, pertanda lapar. Menikmati taburan bintang dilangit, sudah. Karokean di dalam tenda, juga sudah. Tempat persinggahan kontingen Bawet melintas di pikiran kami untuk dihinggapi. Ada pedagang burger kabarnya. Sepertinya cukup untuk mengganjal perut, (Bukan pedagangnya yang kami gunakan untuk mengganjal perut, tapi burgernya).

Sambil berhinggap disana, kami memesan. 2 burger untuk 4 orang. Kenyang? Alhamdulillah… kenyang enggak, tapi nikmat. Senda gurau bersama dengan pramuka lain dan kakak-kakak kami disana, seakan menjadi hiburan tersendiri.

Makan, sudah. Tiba-tiba yang terpikirkan dalam benak saya adalah bagaimana kabar ketiga adik-adik kami? Ya, karena selepas sholat maghrib kami pergi tanpa mereka. Beberapa pertanyaan terlintas. Sudah makan kah mereka? Sedang apakah mereka? Daripada menduga-duga, saya dan Maila, juga dengan mengajak 2 adik kami, Anggun dan Nuri, meluncurlah kami ke tenda Gudep 11022.

Bagaimana kabarnya? Begini, salah satu adikku sakit perut dan kedinginan, satu adik yang lain sedang menangis, lalu sisanya terbungkus sarung sedang merinding di dalam tenda.

Saat itu mereka dalam keadaan haru. Awalnya Saya kira ada kabar duka karena kehilangan keluarga yang dialami. Ternyata, ya Allah… Mengapa Kau izinkan adanya pememutusan hubungan pacaran dimalam hari? Pas lagi jambore lagi. Aduh Gusti. Kasian Irma, nampaknya kegalauan sedang mengitari relung hatinya..

Penanganan diupayakan. Yang sakit perut? Karena saya gak suka dengan aroma minyak kayu putih, diobatilah ia oleh rekan saya Maila. Yang merinding kedinginan di dalam sarung? Sedang mengkondisikan dirinya untuk memakai beberapa double baju ditambah jaket.

Sebenarnya saya sedikit kecewa dengan mereka. Meskipun ini pengalaman pertama mereka ikut Jambore, yang langsung tingkat Cabang, dan pertamakalinya Jambore dengan merasakan suhu lokasi yang sangat dingin pula di tengah malam.

Tapi, aduh, pengalaman memang mereka belum ada, tapi kami sudah mengingatkan untuk membawa salah satu keperluan wajib! Tidak ada sleeping bag, harus bawa selimut. Ya, selimut yang harus dibawa bukan sarung. Bagaimana pun caranya kami tidak peduli. Mau dimasukan kedalam tas ataupun dijinjing, tidak masalah bagi kami, yang penting bawa.

Tapi semua perkataan kami tidak dihiraukan. Desca dan Bunga tetep bawa sarung, Irma malah bawa bantal super gede. Kami juga mengingatkan mereka untuk membawa baju minimal 3. Kenyataanya? 2 orang dari mereka cuma bawa 2 baju. Sisanya, cuma bawa satu. Masya Allah.. Bandelnya merekaaaa! Heuh.

Lalu yang lagi nangis terisak-isak karena putus sama pacarnya? Kami coba menenangkan, menyemangati, dan menghibur dengan mengajaknya menyaksikan penampilan yang suaranya sedang meriah diatas panggung sana.

Sungguh, konflik yang cukup asing bagi penulis, kok bisa-bisanya ya itu bocah tega mengakhiri hubungan pacaran disaat sang kekasih lagi asik-asik jambore? Emang gak bisa nunggu sampe pacarnya pulang kerumah apa?! Ckckck.. Namanya juga bocah, bukan pria. Betul tidak?!

Kami menunggu kantuk datang sembari menyaksikan pentas seni dari beberapa kontingen dan menikmati acara yang tersaji. Hasilnya? Kantuk tak kunjung tiba.

Minggu, 17 Juni 2012. Kegiatan rotasi pagi ini mengenai kompas, peta pita, peta lapangan, dan pengetahuan mengenai pemadam kebakaran yang dilaksanakan hingga siang hari, kemudian beristirahat. Sangat mengasyikan memang dan banyak cerita dalam setiap kegiatannya.

Sore harinya tidak ada kegiatan rotasi. Kami bersantai-santai dan bercengkrama dengan Pembina yang baru datang Minggu sore ini. Yeah! Kami senang karena Pembina datang, dan kami sedih karena baru datang. Yasud.. Kami mengerti kok. Gak ngerti ketang.

Disela-sela itu pula kami mampir ke stand Bawet dengan niat mencari tahu keberadaan Kak Reza yang tadi siang nampak disana, namun ketika kami nyantai dan hendak mengahampiri, tak nampak lagi. Beberapa menit sebelum kami kesana, ternyata baru saja pulang. Hmm, padahal kami sudah sempat-sempatkan waktu untuk menepati janji.

Sebelum kembali ke persinggahan, kami melihat ada beberapa stiker disana. Tertariklah hati kami untuk melihatnya. Stiker bergambar seorang bocah Pramuka yang bertuliskan “I’m Proud of Scouts”; “Proud to be Scout”; and other kinds. Sejenak rekan saya teringat SKK, tertariklah ia untuk menjual. Dengan harapan semoga mendapat pengalaman, pembelajaran, dan satu TKK dapat ia kantongi. Kak Ridwan pun tak keberatan, justru nampak merah merona nan ceria.

Tak dinyana, rejeki datang lagi, ada Kak Win disana yang sedang asik bersantap sore. Makan siang yang tertunda mungkin. “Nanti Saya kasih deh satu tanda tangan buat SKU”. Yippii..!! Mungkin karena kenyang, Kak Win berbaik hati pada kami. Satu tanda tangan tanpa tes. Yummy, luamayan bukan?

Yang saya sayangkan, andai saja saat itu Kak Win bersantap sore lebih banyak, mungkin bisa jadi yang terdengar adalah kalimat “Sok, nanti saya tanda tangani semua poin SKU Rakit nya deh”. Wahh.. Mungkin lebih yummy rasanya. Walaupun rasanya tak mungkin Kak Win berkata demikian. (Tapi pemirsa, tidak semudah itu tanda tangan dapat terpajang di SKU kami. Tak semudah itu. Tetep, harus ini dan ini dulu.) Lalu bagaimana dengan SKK? Mari, kapan-kapan berbincang dengan Kak Ridwan, hehe.

Lagi-lagi, di malam harinya tidak ada permainan atau kegiatan Pramuka. Hanya pentas seni dari setiap kontingen satu-satunya agenda acara di malam hari. Disana, ada yang menampilkan paduan suara, penampilan dengan gitar akustik, nge-band dan waah… rame pokoknya, begitulah!

Pentas seni berakhir sekitar pukul 22.00 WIB. Adik-adik kami sudah tidur sejak beberapa jam yang lalu. Karena kabita, kami ikutan. Namun sepertinya mata kami menolak untuk memejamkan mata dengan segera. Kami memutuskan untuk berbaring sebentar di luar tenda untuk menikmati kemilauan bintang-bintang di malam terakhir kami di Kiarapayung.

Langit tampak begitu indah. Suhu yang bisa dikatakan teramat dingin menjadi selimut kami. Daerah perbukitan dengan panorama langitnya di malam hari membuat kami takjub. Suhu yang semakin dingin, ternyata tak terelakkan. Terpejamlah mata kami.




Well, sinar-sinar sang surya sudah mulai nampak sekitar pukul 05.00, Senin pagi. Hari ini kami pulang. Namun beberapa stiker masih ada di tangan kami karena sore kemarin hanya sebagian yang terjual. Setelah sarapan, dengan semangat 45 kami bertekat untuk menjualnya kembali. Dikarenakan sore kemarin Maila yang menjual, maka pagi ini bagian saya. Sempat ragu sih awalnya karena saya bingung mau ngomong apa. “Stiker.. stiker….. stiker.. ada yang mau beli?!” Masa mau ngomong gitu?!

Hehe enggak dong, anak Pramuka itu fleksibel jadi semua hal bisa. Tapi untuk yang satu ini saya enggak bisa. Enggak bisa. Hiks….

Yah, sebelum bilang begitu, sempat saya coba dulu. Saya tawarkan kepada beberapa teman di sekitar tenda kami. Hasilnya? Sepertinya otak ini tidak terprogram untuk hal itu. Saya lebih milih ngomong di depan umum menerangkan atau mempresentasikan suatu hal daripada ngomong di depan orang menawarkan suatu produk. Tapi tak sia-sia, 3 stiker yang besar dapat saya jual. Hehe bangga.

Benar-benar kehabisan kata-kata, Tuhan kembali membantu hamba-Nya. Alhamdulillah, akhirnya rejeki datang lagi, datang lagi, datang lagi.

Kemarin sore kami sempat berkenalan dengan seorang Kakak yang bersekolah di SMK dan kebetulan ingin memcoba praktek jadi ****** (ah, saya gak yakin apa sebutannya. Mungkin sales. Atau marketing? entahlah). Kak Dhea namanya, ia menawarkan diri untuk membantu. Dengan senang hati saya terima. Berdua? Kali ini saya lebih bersemangat.

Banyak hal didapat dari pengalaman menjual stiker ini. Saya bisa belajar banyak hal, banyaak banget. Entah kenapa saat itu saya iseng memperhatikan orang lain. Tentu orang yang saya perhatikan itu tak tahu kalau dirinya sedang diamati. Nah, di salah satu tenda yang kami singgahi, Kak Dhea sedang asik menawarkan stiker sedangkan saya disampingnya, pengen lihat dulu bagaimana respon pembeli.

Hasilnya? Ya setidaknya saya sedikit tahu apa yang sedang dipikirkan pembeli, gimana perasaannya, responnya, dengan melihat gerak-gerik dan mimik mukanya. Anda ingin tahu? Cobalah untuk menjadi seorang penjual. Dan dari pengalaman ini, saya jadi tahu kira-kira gimana perasaan para penjual yang ada di Negeri ini jika dagangannya sedang laris manis, sedang kurang beruntung, ataupun sedang diisengin pembeli, hihi.

Karena pengalaman ini pula, kemarin-kemarin saya jadi punya niatan iseng baca-baca mengenai cara penjualan suatu produk. Apa, dimana dan bagaimana. Ternyata product concept, production concept, selling concept, dll sangat penting untuk dipelajari. Terutama marketing concept.

Menjajah dari satu tenda ke tenda lain. Yang saya rasakan, respon pembeli cowok dan cewek berbeda. Gimana bedanya? Cobalah untuk menjadi seorang pedagang. Kurang dari setengah jam, hanya tinggal beberapa stiker lagi. Sisanya habis terjual. Tersenyumlah saya.. J

Setelah menjual stiker dan sarapan, tidak banyak aktivitas yang kami kerjakan. Sebenarnya masih ada karnaval sih, tapi kami tidak ikuti berpartisipasi  dan langsung pulang ke habitat masing-masing, karena sekitar jam 11 siang kami sudah dijemput oleh Pembina. Nice…


Sekian laporan di Minggu ke-3 bulan Juni 2012, Wassalam.


*) Tulisan ini dibuat 8 bulan yang lalu by Adelia Wardani (07032)





 
Copyright © Anggrek 53A Blogger Theme by BloggerThemes & newwpthemes Sponsored by Internet Entrepreneur